Tuesday, May 12, 2020

Macam-Macam Kecerdasan Dasar


Kecerdasan dasar menurut C.A. Ariyanti (dalam Muhammad Amin, Maswardi (2013:16) terdiri dari
1.      Kecerdasan Intelektual (intellectual Quotient)
Kecerdasan intelektual dibangun melalui proses pendidikan. Oleh karena itu, kecerdasan ini selalu diukur dari tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang. Pendidikan tinggi berarti/ IQ nya tinggi, sedangkan pendidikan rendah berarti /IQ nya rendah. Padahal dalam kehidupan sehari-hari tidak selalu demikian.
Membangun kecerdasan intelektual saja tidak menjamin individu diterima ditengah-tengah masyarakat. Individu yang pintar atau genius sekalipun belumlah memiliki kepribadian utuh (bukan manusia seutuhnya). Manusia yang tidak diimbangi dengan pembangunan mental spiritual cendrung menjadi manusia zalim (sombong, angkuh, egois dan sejenisnya).
1. Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient)

Keerdasan emosiaonal adalah kecerdasan yang melengkapi kecerdasan intelektual (IQ). Seseorang yang berpendidikan tinggi belu tentu sukses dalam masyarakat, kesuksesan itu dapat ditentukan pula oleh EQ. EQ adalah kecerdasan Qolbu (hati) seperti kreatif, inisiatif, induktif, optimis, tangguh dan bertanggung jawab.
Kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan kecerdasan sosial dibangun melalui proses pendidikan formal dan dilengkapi dengan pendidikan informal dan non formal. Bentuk kongkritnya adalah pergaulan dalam lingkungan keluarga dimana orang-orangnya memberi keteladanan yang berprilaku baik dalam keluarga, bermoral dan berakhlak mulia, anggota keluarga yang sukses sehingga menumbuhkan kecerdasan spiritual.
Ketiga kecerdasan ini lebih banyak dibangun dan dimatangkan dalam pergaulan sehari-hari dalam organisasi, baik organisasi di sekolah maupun organisasi dalam masyarakat. Emosi dikendalikan atau dilatih dalam kegiatan diskusi, seminar, rapat dan sejenisnya, disekolah atau perguruan tinggi. Emosi dapat juga dicerdaskan melalui kegiatan remaja masjid, organisasi agama/ seperti lembaga Dakwah Kampus, HMI, KAMMI, pengajian-pengajian, pesantren kilat, dan lain-lain.
2. Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient)

Kecerdasan ini (SQ) juga merupakan kecerdasan hati yang berhubungan dengan penempatan perilaku atau jalan hidup seseorang di nilai lebih baik dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan ini adalah “kecerdasan semangat” yang mendorong kecerdasan-kecerdasan lainnya supaya dapat lebih berfungsi dengan baik.
Kecerdasan spiritual menekankan pada pembangunan semangat, energisitas individu yang tumbuh dari pengalaman bergaul dengan orang-orang yang sukses dalam berbagai bidang pekerjaan. Oleh sebab itu, bila ingin menjadi orang yang unggul atau sukses kuncinya adalah:
a.       Bergaul dengan orang-orang yang sukses seperti ekonom yang sukses, dai’ yang beken akan atau diminati masyarakat, politisi unggul, pengacara unggul.
b.      Memasuki lingkungan orang-orang baik, orang-orang taat beribadah dan orang-orang yang peduli untuk memberi nasehat.
c.       Bergaul dengan orang-orang pintar.

3. Kecerdasan Sosial (Sosial Quotient)
Kecerdasan sosial menekankan pada kepedulian terhadap lingkungan sekitar yang memerlukan bantuan orang lain. Individu yang memiliki kecerdasan sosial yang tinggi sangat peduli dengan tetangga atau lingkungan yang perlu bantuan, gotong royong dipenuhi, dan penyuluh kepada masyarakat tanpa pamrih. Kecerdasan ini adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kehidupan dalam masyarakat. Kecerdasan sosial (SQ) adalah penentu bagi seseorang untuk diterima dalam masyarakat.
Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual belum cukup tanpa dilengkapi dengan kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial mengandung arti cerdas terhadap lingkungan, kepedulian terhadap lingkungan sangat penting. Hanya orang-orang yang peduli terhadap lingkungan yang dapat diterima masyarakat. Contoh, peduli terhadap lingkungan sekitar yang terkena musibah, tetangga yang kurang mampu dibantu, partisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial dengan menampilkan kecerdasan perilaku sosial.

4. Kecerdasan Skill (Skill Qoutient)
Kecerdasan ini yang mendorong munculnya kecerdasan IQ, EQ, SQ, yaitu kecerdasan mengaplikasikan kecerdasan-kecerdasan intelektual dan kecerdasan hati. Karakter/ budi pekerti/ akhlak mulia yang dilahirkan dari kecerdasan-kecerdasan tersebut tampak pada perilaku percaya diri, ramah, santun, tata kerama, dan simpatik.
Percaya diri adalah karakter/ budi pekerti berhubungan dengan keyakinan bahwa individu yang bersangkutan mampu berbuat sesuatu, menggali dan menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa.
Ramah adalah karakter/ budi pekerti yang menampilkan perilaku positif, memandang orang lain adalah sama disisi Allah Al-Khaliq yang menciptakan manusia, tinggi rendahnya derajat seseorang disisi Allah adalah pada iman dan taqwanya.
Santun adalah karakter/ budi pekerti tidak sombong dan tidak angkuh, santun kepada orang tua, guru, pimpinan, orang yang lebih tua, dan anggota keluarga yang patut dituakan. Santun yang mengandung arti rendah hati bukan berarti rendah diri, rendah diri justru selalu dilecehkan dan diremehkan orang lain.
Tata kerama adalah karakter/ budi pekerti kepribadian seseorang yang selalu menyenangkan orang lain dalam bergaul. Contohnya dalam keseharian menerima tamu di rumah. Tata kerama erat kaitannya dengan perilaku santun dan ramah.
Rasa simpatik adalah karakter/ budi pekerti yang berhubungan dengan menimbulkan rasa senang orang lain kepada seseorang, teman sejawat selalu menginginkan kehadirannya, bila ia tidak hadir suasana pertemuan menjadi kaku, tidak hidup. Sebaliknya dengan kehadirannya suasana hidup , harmonis dan ceria, sadar lingkungan serta sadar hukum digagas dan yang sejenisnya.
Kecerdasan merubah tantangan menjadi peluang dicirikan dari perilaku yang tangguh, pantang putus asa, tanggap terhadap perkembangan dan perubahan dalam lingkungan yang menantang. Individu yang memiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan memecahkan masalah karena sudah terlatih menghadapi berbagai masalah.
Kecerdasan emosionalm, spiritual dan kecerdasan sosial merupakan kecerdasan hati (qolbu). Dalam kondisi menghadapi era globalisasi sekarang ini yang bermuatan pengaruh positif dan negatif yang kuat, pendidikan karakter/ budi pekerti menyentuh pada hati (qolbu) dan dari qobu melahirkan sesuatu. Hati yang bebas dari virus dan bakteri yang kotor akan melahirkan perilaku yang berakhlak mulia. Sebaliknya, hati yang kotor akan melahirkan perilaku yang tidak berakhlak seperti sombong, suka mencari kesalahan orang lain, mencela orang lain, berbuat tidak baik, tidak hormat, luntur kecintaan terhadap tanah air, arogan, pemarah, tingkat kecemburuan sosial tinggi, rendahnya solidaritas, dan lain-lain.


5 comments: