Blog artikel pendidikan ini merupakan usaha penulis untuk berbagi informasi seputar dunia pendidikan. Semoga dengan adanya blog ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan mampu menambah khasanah keilmuan kita dalam dunia pendidikan. Terima kasih...
Thursday, June 4, 2020
Tuesday, June 2, 2020
Tuesday, May 12, 2020
PERTUMBUHAN FISIK
Pertumbuhan dan
perkembangan merupakan sebuah kata yang sebenarnya tidak asing didengar. Saat
kita masih berada dibangku sekolah, pernah mendapat materi pelajaran yang
membahas tentang pertumbuhan dan perkembangan. Namun, pada kesempatan ini
penulis hanya berbicara tentang pertumbuhan saja dan lebih spesifiknya lagi
adalah pertumbuhan fisik. Pertumbuhan menurut Prof. Dr. H. M. Asrori (2015:31)
adalah suatu proses perubahan fisiologis yang bersifat progresif dan kontinyu
dan berlangsung dalam periode tertentu. Sedangkan menurut Neneng Putriyani dan
Siti Rusbiati (dalam https://gaurmakri2015.wordpress.com/perkembangan-peserta-didik/pertumbuhan-fisik-remaja/)
adalah perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam
pertumbuhan remaja seperti perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh,
munculnya ciri-ciri kelamin primer dan ciri kelamin sekunder.
Pertumbuhan
fisik suatu saat nanti akan membawa sampai pada suatu kondisi jasmaniah yang
siap untuk melaksanakan tugas perkembangan secara lebih memadai yaitu kesiapan
individu untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan pada periode berikutnya.
Kita sering melihat bahwa semakin bertumbuh dewasanya seseorang maka akan
terlihat perubahan tingkah laku yang ditampilkan dari seseorang tersebut.
Pertumbuhan yang semakin sempurna pada jaringan otak seseorang akan menyebabkan
susunan syarat menjadi lebih sempurna sehingga kemampuan berpikir menjadi lebih
tinggi.
Ada dua faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan fisik seseorang, yaitu:
A. Faktor Internal
Termasuk kedalam
faktor internal ini adalah: 1. Sifat jasmaniah yang diwariskan dari orang
tuanya. Kita bisa melihat bahwa anak yang terlahir dari keluarga ayah dan ibu
bertubuh tinggi akan menghasilkan keturunan yang tinggi pula. Begitupula sebaliknya.
2. Kematangan. Pertumbuhan fisik seseorang seperti sudah direncanakan oleh
faktor kematangan. Contohnya adalah anak berumur lima bulan atau masih balita
diberi makan yang cukup bergizi supaya pertumbuhan fisiknya seperti otot-otot
pada kaki cepat sampai pada kemampuan untuk berjalan. Ini tidak akan mungkin
berhasil karena untuk mampu berjalan harus menunggu sampai umur lebih dari
sepuluh bulan.
B. Faktor Eksternal
Adapun untuk
faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu seperti
kesehatan, makanan dan stimulasi lingkungan. Anak yang sering sakit-sakitan
pasti akan terganggu pertumbuhan fisiknya. Begitu sebaliknya, anak yang sehat
akan cepat membantu dalam pertumbuhan fisiknya. Selain itu, asupan gizi yang
dikonsumsi anak juga berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik anak tersebut. Anak
yang kurang gizi pertumbuhannya akan terhambat, sebaliknya yang cukup gizi
pertumbuhannya akan lancar. Kemudian faktor eksternal lain yang berpengaruh
juga adalah anak yang tubuhnya sering dilatih untuk meningkatkan percepatan
pertumbuhannya akan berbeda dengan yang tidak pernah mendapat latihan sama
sekali.
Berdasarkan apa yang telah penulis
paparkan di atas, agar pertumbuhan fisik dapat maksimal. Kita bisa
memperhatikan beberapa faktor-faktor berikut:
1. Sarana dan
Prasarana.
Sarana dan
prasarana jangan sampai menimbulkan gangguan kesehatan pada anak. Oleh karena
itu, sekolah dalam Standari Nasional Pendidikan mengharuskan sekolah
menciptakan suasana belajar yang aman dan nyaman agar siswa nyaman dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Misalnya tempat duduk yang kurang sesuai,
ruangan yang gelap dan sempit akan menimbulkan gangguan kesehatan bagi anak.
Penyelenggaraan pendidikan moderen menghendaki agar tempat duduk anak dan meja
dapat di atur sesuai dengan kebutuhan dengan rasio satu banding satu, ruangan
kelas yang bersih, terang dan cukup luas, serta disiplin yang tidak kaku.
2. Waktu Istirahat
Manfaat
istirahat yang cukup tidak hanya untuk kebugaran fisik, tetapi juga memengaruhi
mental, emosional, dan spiritual Anda.
Berikut beberapa
manfaat istirahat yang dapat Anda rasakan bagi kesehatan jiwa dan raga.
a.
Meningkatkan konsentrasi dan produktivitas
Istirahat yang cukup terbukti dapat
meningkatkan fungsi otak, seperti konsentrasi, produktivitas dan aspek kognisi.
Pada anak, beristirahat cukup terbukti dapat membuatnya berperilaku lebih baik
dan memiliki performa akademis yang lebih baik pula.
b.
Meningkatkan performa fisik
Berolahraga secara keras saja tidak
cukup untuk menunjang performa Anda di lapangan, memiliki wakti istirahat yang
cukup juga sama pentingnya.
Sebuah studi menyebutkan bahwa
istirahat setelah berolahraga dapat memperbaiki intensitas performa,
meningkatkan level energi, koordinasi, kecepatan, dan kekuatan mental Anda.
c.
Menurunkan risiko penyakit jantung
Salah satu faktor risiko terjadinya
penyakit jantung adalah tekanan darah tinggi. Berdasarkan catatan Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), istirahat dapat
membuat tubuh otomatis memperbaiki tekanan darahnya. Istirahat yang cukup juga
dapat mencegah Anda terkena penyakit yang berhubungan dengan pola tidur seperti
apnea.
d.
Memperkuat sistem imun
Ketika istirahat, tubuh memperbaiki
diri, melakukan regenerasi sel, dan meredakan peradangan yang terjadi di dalam
tubuh akibat aktivitas Anda sebelumnya. Meski demikian, mekanisme penguatan
sistem imun yang dipengaruhi istirahat ini masih dikaji lebih lanjut.
e.
Kondisi emosi lebih stabil
Anda kemungkinan kecil akan emosional
ketika memiliki waktu istirahat yang cukup. Selain itu, penelitian juga
membuktikan orang yang istirahat dengan cukup lebih peka terhadap emosi orang
lain sehingga sikapnya akan lebih sosial.
f.
Mencegah depresi
Sudah banyak studi yang menyimpulkan
bahwa memiliki waktu istirahat yang cukup dapat menghindarkan Anda dari
penyakit mental seperti depresi. Salah satu tanda depresi sendiri ialah
insomnia alias kelainan tidur yang akut. Depresi juga dapat menimbulkan penyimpangan
perilaku seperti kecenderungan untuk ingin bunuh diri.
3.
Diadakannya jam-jam olah raga bagi para siswa.
Pelajaran olah
raga yang diberikan di sekolah penting adanya bagi pertumbuhan fisik anak
karena dengan olah raga yang dijadwalkan secara teratur oleh sekolah berarti
pertumbuhan fisik anak akan memperoleh stimulasi secara teratur pula.
Macam-Macam Kecerdasan Dasar
Kecerdasan dasar menurut C.A. Ariyanti (dalam Muhammad Amin, Maswardi
(2013:16) terdiri dari
1. Kecerdasan
Intelektual (intellectual Quotient)
Kecerdasan
intelektual dibangun melalui proses pendidikan. Oleh karena itu, kecerdasan ini
selalu diukur dari tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang. Pendidikan
tinggi berarti/ IQ nya tinggi, sedangkan pendidikan rendah berarti /IQ nya
rendah. Padahal dalam kehidupan sehari-hari tidak selalu demikian.
Membangun
kecerdasan intelektual saja tidak menjamin individu diterima ditengah-tengah
masyarakat. Individu yang pintar atau genius sekalipun belumlah memiliki
kepribadian utuh (bukan manusia seutuhnya). Manusia yang tidak diimbangi dengan
pembangunan mental spiritual cendrung menjadi manusia zalim (sombong, angkuh,
egois dan sejenisnya).
1. Kecerdasan
Emosional (Emotional Quotient)
Keerdasan
emosiaonal adalah kecerdasan yang melengkapi kecerdasan intelektual (IQ).
Seseorang yang berpendidikan tinggi belu tentu sukses dalam masyarakat,
kesuksesan itu dapat ditentukan pula oleh EQ. EQ adalah kecerdasan Qolbu (hati)
seperti kreatif, inisiatif, induktif, optimis, tangguh dan bertanggung jawab.
Kecerdasan
emosional, kecerdasan spiritual dan kecerdasan sosial dibangun melalui proses
pendidikan formal dan dilengkapi dengan pendidikan informal dan non formal.
Bentuk kongkritnya adalah pergaulan dalam lingkungan keluarga dimana
orang-orangnya memberi keteladanan yang berprilaku baik dalam keluarga,
bermoral dan berakhlak mulia, anggota keluarga yang sukses sehingga menumbuhkan
kecerdasan spiritual.
Ketiga
kecerdasan ini lebih banyak dibangun dan dimatangkan dalam pergaulan
sehari-hari dalam organisasi, baik organisasi di sekolah maupun organisasi
dalam masyarakat. Emosi dikendalikan atau dilatih dalam kegiatan diskusi,
seminar, rapat dan sejenisnya, disekolah atau perguruan tinggi. Emosi dapat
juga dicerdaskan melalui kegiatan remaja masjid, organisasi agama/ seperti lembaga
Dakwah Kampus, HMI, KAMMI, pengajian-pengajian, pesantren kilat, dan lain-lain.
2. Kecerdasan
Spiritual (Spiritual Quotient)
Kecerdasan
ini (SQ) juga merupakan kecerdasan hati yang berhubungan dengan penempatan
perilaku atau jalan hidup seseorang di nilai lebih baik dibandingkan dengan
yang lain. Kecerdasan ini adalah “kecerdasan semangat” yang mendorong
kecerdasan-kecerdasan lainnya supaya dapat lebih berfungsi dengan baik.
Kecerdasan
spiritual menekankan pada pembangunan semangat, energisitas individu yang
tumbuh dari pengalaman bergaul dengan orang-orang yang sukses dalam berbagai
bidang pekerjaan. Oleh sebab itu, bila ingin menjadi orang yang unggul atau
sukses kuncinya adalah:
a. Bergaul
dengan orang-orang yang sukses seperti ekonom yang sukses, dai’ yang beken akan
atau diminati masyarakat, politisi unggul, pengacara unggul.
b. Memasuki
lingkungan orang-orang baik, orang-orang taat beribadah dan orang-orang yang
peduli untuk memberi nasehat.
c. Bergaul
dengan orang-orang pintar.
3. Kecerdasan
Sosial (Sosial Quotient)
Kecerdasan
sosial menekankan pada kepedulian terhadap lingkungan sekitar yang memerlukan
bantuan orang lain. Individu yang memiliki kecerdasan sosial yang tinggi sangat
peduli dengan tetangga atau lingkungan yang perlu bantuan, gotong royong dipenuhi,
dan penyuluh kepada masyarakat tanpa pamrih. Kecerdasan ini adalah kecerdasan
yang berhubungan dengan kehidupan dalam masyarakat. Kecerdasan sosial (SQ)
adalah penentu bagi seseorang untuk diterima dalam masyarakat.
Kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual belum cukup tanpa
dilengkapi dengan kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial mengandung arti cerdas
terhadap lingkungan, kepedulian terhadap lingkungan sangat penting. Hanya
orang-orang yang peduli terhadap lingkungan yang dapat diterima masyarakat.
Contoh, peduli terhadap lingkungan sekitar yang terkena musibah, tetangga yang
kurang mampu dibantu, partisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial dengan
menampilkan kecerdasan perilaku sosial.
4. Kecerdasan Skill (Skill Qoutient)
Kecerdasan
ini yang mendorong munculnya kecerdasan IQ, EQ, SQ, yaitu kecerdasan
mengaplikasikan kecerdasan-kecerdasan intelektual dan kecerdasan hati.
Karakter/ budi pekerti/ akhlak mulia yang dilahirkan dari kecerdasan-kecerdasan
tersebut tampak pada perilaku percaya diri, ramah, santun, tata kerama, dan
simpatik.
Percaya
diri adalah karakter/ budi pekerti berhubungan dengan keyakinan bahwa individu
yang bersangkutan mampu berbuat sesuatu, menggali dan menemukan sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa.
Ramah
adalah karakter/ budi pekerti yang menampilkan perilaku positif, memandang
orang lain adalah sama disisi Allah Al-Khaliq yang menciptakan manusia, tinggi
rendahnya derajat seseorang disisi Allah adalah pada iman dan taqwanya.
Santun
adalah karakter/ budi pekerti tidak sombong dan tidak angkuh, santun kepada
orang tua, guru, pimpinan, orang yang lebih tua, dan anggota keluarga yang
patut dituakan. Santun yang mengandung arti rendah hati bukan berarti rendah
diri, rendah diri justru selalu dilecehkan dan diremehkan orang lain.
Tata
kerama adalah karakter/ budi pekerti kepribadian seseorang yang selalu
menyenangkan orang lain dalam bergaul. Contohnya dalam keseharian menerima tamu
di rumah. Tata kerama erat kaitannya dengan perilaku santun dan ramah.
Rasa
simpatik adalah karakter/ budi pekerti yang berhubungan dengan menimbulkan rasa
senang orang lain kepada seseorang, teman sejawat selalu menginginkan
kehadirannya, bila ia tidak hadir suasana pertemuan menjadi kaku, tidak hidup.
Sebaliknya dengan kehadirannya suasana hidup , harmonis dan ceria, sadar
lingkungan serta sadar hukum digagas dan yang sejenisnya.
Kecerdasan
merubah tantangan menjadi peluang dicirikan dari perilaku yang tangguh, pantang
putus asa, tanggap terhadap perkembangan dan perubahan dalam lingkungan yang
menantang. Individu yang memiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan memecahkan
masalah karena sudah terlatih menghadapi berbagai masalah.
Kecerdasan
emosionalm, spiritual dan kecerdasan sosial merupakan kecerdasan hati (qolbu).
Dalam kondisi menghadapi era globalisasi sekarang ini yang bermuatan pengaruh
positif dan negatif yang kuat, pendidikan karakter/ budi pekerti menyentuh pada
hati (qolbu) dan dari qobu melahirkan sesuatu. Hati yang bebas dari virus dan bakteri
yang kotor akan melahirkan perilaku yang berakhlak mulia. Sebaliknya, hati yang
kotor akan melahirkan perilaku yang tidak berakhlak seperti sombong, suka
mencari kesalahan orang lain, mencela orang lain, berbuat tidak baik, tidak
hormat, luntur kecintaan terhadap tanah air, arogan, pemarah, tingkat
kecemburuan sosial tinggi, rendahnya solidaritas, dan lain-lain.
Subscribe to:
Posts (Atom)