Tuesday, May 12, 2020

PERTUMBUHAN FISIK



Pertumbuhan dan perkembangan merupakan sebuah kata yang sebenarnya tidak asing didengar. Saat kita masih berada dibangku sekolah, pernah mendapat materi pelajaran yang membahas tentang pertumbuhan dan perkembangan. Namun, pada kesempatan ini penulis hanya berbicara tentang pertumbuhan saja dan lebih spesifiknya lagi adalah pertumbuhan fisik. Pertumbuhan menurut Prof. Dr. H. M. Asrori (2015:31) adalah suatu proses perubahan fisiologis yang bersifat progresif dan kontinyu dan berlangsung dalam periode tertentu. Sedangkan menurut Neneng Putriyani dan Siti Rusbiati (dalam https://gaurmakri2015.wordpress.com/perkembangan-peserta-didik/pertumbuhan-fisik-remaja/) adalah perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja seperti perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin primer dan ciri kelamin sekunder.

Pertumbuhan fisik suatu saat nanti akan membawa sampai pada suatu kondisi jasmaniah yang siap untuk melaksanakan tugas perkembangan secara lebih memadai yaitu kesiapan individu untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan pada periode berikutnya. Kita sering melihat bahwa semakin bertumbuh dewasanya seseorang maka akan terlihat perubahan tingkah laku yang ditampilkan dari seseorang tersebut. Pertumbuhan yang semakin sempurna pada jaringan otak seseorang akan menyebabkan susunan syarat menjadi lebih sempurna sehingga kemampuan berpikir menjadi lebih tinggi.

Ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik seseorang, yaitu:

A.   Faktor Internal

Termasuk kedalam faktor internal ini adalah: 1. Sifat jasmaniah yang diwariskan dari orang tuanya. Kita bisa melihat bahwa anak yang terlahir dari keluarga ayah dan ibu bertubuh tinggi akan menghasilkan keturunan yang tinggi pula. Begitupula sebaliknya. 2. Kematangan. Pertumbuhan fisik seseorang seperti sudah direncanakan oleh faktor kematangan. Contohnya adalah anak berumur lima bulan atau masih balita diberi makan yang cukup bergizi supaya pertumbuhan fisiknya seperti otot-otot pada kaki cepat sampai pada kemampuan untuk berjalan. Ini tidak akan mungkin berhasil karena untuk mampu berjalan harus menunggu sampai umur lebih dari sepuluh bulan.

B.   Faktor Eksternal

Adapun untuk faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu seperti kesehatan, makanan dan stimulasi lingkungan. Anak yang sering sakit-sakitan pasti akan terganggu pertumbuhan fisiknya. Begitu sebaliknya, anak yang sehat akan cepat membantu dalam pertumbuhan fisiknya. Selain itu, asupan gizi yang dikonsumsi anak juga berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik anak tersebut. Anak yang kurang gizi pertumbuhannya akan terhambat, sebaliknya yang cukup gizi pertumbuhannya akan lancar. Kemudian faktor eksternal lain yang berpengaruh juga adalah anak yang tubuhnya sering dilatih untuk meningkatkan percepatan pertumbuhannya akan berbeda dengan yang tidak pernah mendapat latihan sama sekali.

Berdasarkan apa yang telah penulis paparkan di atas, agar pertumbuhan fisik dapat maksimal. Kita bisa memperhatikan beberapa faktor-faktor berikut:

1.    Sarana dan Prasarana.
Sarana dan prasarana jangan sampai menimbulkan gangguan kesehatan pada anak. Oleh karena itu, sekolah dalam Standari Nasional Pendidikan mengharuskan sekolah menciptakan suasana belajar yang aman dan nyaman agar siswa nyaman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Misalnya tempat duduk yang kurang sesuai, ruangan yang gelap dan sempit akan menimbulkan gangguan kesehatan bagi anak. Penyelenggaraan pendidikan moderen menghendaki agar tempat duduk anak dan meja dapat di atur sesuai dengan kebutuhan dengan rasio satu banding satu, ruangan kelas yang bersih, terang dan cukup luas, serta disiplin yang tidak kaku.

2.    Waktu Istirahat
Manfaat istirahat yang cukup tidak hanya untuk kebugaran fisik, tetapi juga memengaruhi mental, emosional, dan spiritual Anda.
Berikut beberapa manfaat istirahat yang dapat Anda rasakan bagi kesehatan jiwa dan raga.
a.       Meningkatkan konsentrasi dan produktivitas
Istirahat yang cukup terbukti dapat meningkatkan fungsi otak, seperti konsentrasi, produktivitas dan aspek kognisi. Pada anak, beristirahat cukup terbukti dapat membuatnya berperilaku lebih baik dan memiliki performa akademis yang lebih baik pula.

b.      Meningkatkan performa fisik
Berolahraga secara keras saja tidak cukup untuk menunjang performa Anda di lapangan, memiliki wakti istirahat yang cukup juga sama pentingnya.
Sebuah studi menyebutkan bahwa istirahat setelah berolahraga dapat memperbaiki intensitas performa, meningkatkan level energi, koordinasi, kecepatan, dan kekuatan mental Anda.

c.       Menurunkan risiko penyakit jantung
Salah satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung adalah tekanan darah tinggi. Berdasarkan catatan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), istirahat dapat membuat tubuh otomatis memperbaiki tekanan darahnya. Istirahat yang cukup juga dapat mencegah Anda terkena penyakit yang berhubungan dengan pola tidur seperti apnea.

d.      Memperkuat sistem imun
Ketika istirahat, tubuh memperbaiki diri, melakukan regenerasi sel, dan meredakan peradangan yang terjadi di dalam tubuh akibat aktivitas Anda sebelumnya. Meski demikian, mekanisme penguatan sistem imun yang dipengaruhi istirahat ini masih dikaji lebih lanjut.

e.       Kondisi emosi lebih stabil
Anda kemungkinan kecil akan emosional ketika memiliki waktu istirahat yang cukup. Selain itu, penelitian juga membuktikan orang yang istirahat dengan cukup lebih peka terhadap emosi orang lain sehingga sikapnya akan lebih sosial.

f.       Mencegah depresi
Sudah banyak studi yang menyimpulkan bahwa memiliki waktu istirahat yang cukup dapat menghindarkan Anda dari penyakit mental seperti depresi. Salah satu tanda depresi sendiri ialah insomnia alias kelainan tidur yang akut. Depresi juga dapat menimbulkan penyimpangan perilaku seperti kecenderungan untuk ingin bunuh diri.

3.      Diadakannya jam-jam olah raga bagi para siswa.
Pelajaran olah raga yang diberikan di sekolah penting adanya bagi pertumbuhan fisik anak karena dengan olah raga yang dijadwalkan secara teratur oleh sekolah berarti pertumbuhan fisik anak akan memperoleh stimulasi secara teratur pula.




Macam-Macam Kecerdasan Dasar


Kecerdasan dasar menurut C.A. Ariyanti (dalam Muhammad Amin, Maswardi (2013:16) terdiri dari
1.      Kecerdasan Intelektual (intellectual Quotient)
Kecerdasan intelektual dibangun melalui proses pendidikan. Oleh karena itu, kecerdasan ini selalu diukur dari tinggi rendahnya tingkat pendidikan seseorang. Pendidikan tinggi berarti/ IQ nya tinggi, sedangkan pendidikan rendah berarti /IQ nya rendah. Padahal dalam kehidupan sehari-hari tidak selalu demikian.
Membangun kecerdasan intelektual saja tidak menjamin individu diterima ditengah-tengah masyarakat. Individu yang pintar atau genius sekalipun belumlah memiliki kepribadian utuh (bukan manusia seutuhnya). Manusia yang tidak diimbangi dengan pembangunan mental spiritual cendrung menjadi manusia zalim (sombong, angkuh, egois dan sejenisnya).
1. Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient)

Keerdasan emosiaonal adalah kecerdasan yang melengkapi kecerdasan intelektual (IQ). Seseorang yang berpendidikan tinggi belu tentu sukses dalam masyarakat, kesuksesan itu dapat ditentukan pula oleh EQ. EQ adalah kecerdasan Qolbu (hati) seperti kreatif, inisiatif, induktif, optimis, tangguh dan bertanggung jawab.
Kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan kecerdasan sosial dibangun melalui proses pendidikan formal dan dilengkapi dengan pendidikan informal dan non formal. Bentuk kongkritnya adalah pergaulan dalam lingkungan keluarga dimana orang-orangnya memberi keteladanan yang berprilaku baik dalam keluarga, bermoral dan berakhlak mulia, anggota keluarga yang sukses sehingga menumbuhkan kecerdasan spiritual.
Ketiga kecerdasan ini lebih banyak dibangun dan dimatangkan dalam pergaulan sehari-hari dalam organisasi, baik organisasi di sekolah maupun organisasi dalam masyarakat. Emosi dikendalikan atau dilatih dalam kegiatan diskusi, seminar, rapat dan sejenisnya, disekolah atau perguruan tinggi. Emosi dapat juga dicerdaskan melalui kegiatan remaja masjid, organisasi agama/ seperti lembaga Dakwah Kampus, HMI, KAMMI, pengajian-pengajian, pesantren kilat, dan lain-lain.
2. Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient)

Kecerdasan ini (SQ) juga merupakan kecerdasan hati yang berhubungan dengan penempatan perilaku atau jalan hidup seseorang di nilai lebih baik dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan ini adalah “kecerdasan semangat” yang mendorong kecerdasan-kecerdasan lainnya supaya dapat lebih berfungsi dengan baik.
Kecerdasan spiritual menekankan pada pembangunan semangat, energisitas individu yang tumbuh dari pengalaman bergaul dengan orang-orang yang sukses dalam berbagai bidang pekerjaan. Oleh sebab itu, bila ingin menjadi orang yang unggul atau sukses kuncinya adalah:
a.       Bergaul dengan orang-orang yang sukses seperti ekonom yang sukses, dai’ yang beken akan atau diminati masyarakat, politisi unggul, pengacara unggul.
b.      Memasuki lingkungan orang-orang baik, orang-orang taat beribadah dan orang-orang yang peduli untuk memberi nasehat.
c.       Bergaul dengan orang-orang pintar.

3. Kecerdasan Sosial (Sosial Quotient)
Kecerdasan sosial menekankan pada kepedulian terhadap lingkungan sekitar yang memerlukan bantuan orang lain. Individu yang memiliki kecerdasan sosial yang tinggi sangat peduli dengan tetangga atau lingkungan yang perlu bantuan, gotong royong dipenuhi, dan penyuluh kepada masyarakat tanpa pamrih. Kecerdasan ini adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kehidupan dalam masyarakat. Kecerdasan sosial (SQ) adalah penentu bagi seseorang untuk diterima dalam masyarakat.
Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual belum cukup tanpa dilengkapi dengan kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial mengandung arti cerdas terhadap lingkungan, kepedulian terhadap lingkungan sangat penting. Hanya orang-orang yang peduli terhadap lingkungan yang dapat diterima masyarakat. Contoh, peduli terhadap lingkungan sekitar yang terkena musibah, tetangga yang kurang mampu dibantu, partisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial dengan menampilkan kecerdasan perilaku sosial.

4. Kecerdasan Skill (Skill Qoutient)
Kecerdasan ini yang mendorong munculnya kecerdasan IQ, EQ, SQ, yaitu kecerdasan mengaplikasikan kecerdasan-kecerdasan intelektual dan kecerdasan hati. Karakter/ budi pekerti/ akhlak mulia yang dilahirkan dari kecerdasan-kecerdasan tersebut tampak pada perilaku percaya diri, ramah, santun, tata kerama, dan simpatik.
Percaya diri adalah karakter/ budi pekerti berhubungan dengan keyakinan bahwa individu yang bersangkutan mampu berbuat sesuatu, menggali dan menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa.
Ramah adalah karakter/ budi pekerti yang menampilkan perilaku positif, memandang orang lain adalah sama disisi Allah Al-Khaliq yang menciptakan manusia, tinggi rendahnya derajat seseorang disisi Allah adalah pada iman dan taqwanya.
Santun adalah karakter/ budi pekerti tidak sombong dan tidak angkuh, santun kepada orang tua, guru, pimpinan, orang yang lebih tua, dan anggota keluarga yang patut dituakan. Santun yang mengandung arti rendah hati bukan berarti rendah diri, rendah diri justru selalu dilecehkan dan diremehkan orang lain.
Tata kerama adalah karakter/ budi pekerti kepribadian seseorang yang selalu menyenangkan orang lain dalam bergaul. Contohnya dalam keseharian menerima tamu di rumah. Tata kerama erat kaitannya dengan perilaku santun dan ramah.
Rasa simpatik adalah karakter/ budi pekerti yang berhubungan dengan menimbulkan rasa senang orang lain kepada seseorang, teman sejawat selalu menginginkan kehadirannya, bila ia tidak hadir suasana pertemuan menjadi kaku, tidak hidup. Sebaliknya dengan kehadirannya suasana hidup , harmonis dan ceria, sadar lingkungan serta sadar hukum digagas dan yang sejenisnya.
Kecerdasan merubah tantangan menjadi peluang dicirikan dari perilaku yang tangguh, pantang putus asa, tanggap terhadap perkembangan dan perubahan dalam lingkungan yang menantang. Individu yang memiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan memecahkan masalah karena sudah terlatih menghadapi berbagai masalah.
Kecerdasan emosionalm, spiritual dan kecerdasan sosial merupakan kecerdasan hati (qolbu). Dalam kondisi menghadapi era globalisasi sekarang ini yang bermuatan pengaruh positif dan negatif yang kuat, pendidikan karakter/ budi pekerti menyentuh pada hati (qolbu) dan dari qobu melahirkan sesuatu. Hati yang bebas dari virus dan bakteri yang kotor akan melahirkan perilaku yang berakhlak mulia. Sebaliknya, hati yang kotor akan melahirkan perilaku yang tidak berakhlak seperti sombong, suka mencari kesalahan orang lain, mencela orang lain, berbuat tidak baik, tidak hormat, luntur kecintaan terhadap tanah air, arogan, pemarah, tingkat kecemburuan sosial tinggi, rendahnya solidaritas, dan lain-lain.